Yuk ah, saya pingin sharing sedikit mengenai metode pembinaan yang dilakukan oleh Hizb sebagai sebuah partai politik Islam di tengah-tengah umat.. sangat terinspirasi oleh pembahasan sedikit tadi di acara Open House bulanan, ada teman yang menanyakan perbedaan pengkajian pemikiran Islam antara menggunakan metode tatsqif dengan metode ilmiah.
Hizb atau Hizbut Tahrir menggunakan metode tatsqif di setiap pembinaannya, baik ketika membina internalnya maupun membina umat secara keseluruhan. Hizb tidak menggunakan metode ta'lim dalam melakukan pembinaan ini.
Dalam metode tatsqif, Islam dipelajari untuk diamalkan, dan diyakini sebagai sebuah cara pandang yang benar, sehingga pemikiran-pemikiran selain Islam mampu dipahami di mana letak kebatilannya. Lebih jauh lagi, seorang individu yang sudah terbina melalui tatsqif, akan terbentuk pola pikir dan pola sikap Islami dalam dirinya. Ia tidak hanya memiliki pemikiran dan pemahaman mendalam tentang Islam, namun pemahamannya tersebut juga tampak dalam kancah kehidupan, dia adalah sosok yang senantiasa mengamalkan pemikirannya dengan bergerak di tengah-tengah umat untuk mengemban pemikiran Islam.
Dengan kata lain, beliau akan senantiasa melibatkan diri dan terjun dalam aktivitas dakwah. Kurang lebih, inilah urgensi kita memahami Islam dengan metode tatsqif, atau transfer tsaqofah, atau transfer pemahaman. Dimana pada proses transfer tsaqofah ini menuntut adanya aplikasi atau pengamalan dari tsaqofah yang telah dikaji.
Berbeda halnya dengan mengkaji Islam dengan proses ta'lim atau ilmiah atau transfer ilmu. Dalam proses ta'lim, Islam dipahami hanya sebatas informasi-informasi, tidak ada tuntutan untuk sampai mengubah pemahaman cara pandang kehidupan, apalagi sampai jauh untuk mengubah dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Model pembinaan ilmiah memang akan menghasilkan orang-orang yang cerdas secara pemikiran, namun tidak jarang kita jumpai dibalik kecerdasannya kita temui perilaku atau sikapnya tidak sesuai dengan Islam. Karena tadi, Islam hanya dipahami sebatas ilmu yang diketahui, namun tidak sampai menuntut untuk diamalkan.
Misalnya saja kita temui, seorang profesor muslim yang ahli di bidang ekonomi; beliau mempelajari sistem ekonomi Islam, sistem ekonomi kapitalis, dan sistem ekonomi sosialis. Namun pembelajarannya hanya sebatas untuk mengetahui saja, tidak sampai mengkaji sistem ekonomi mana yang shahih, yang memang layak untuk diterapkan.
Jadi, memang sangat berbahaya bagi kita bila mengkaji Islam hanya sebatas untuk diketahui tapi tidak untuk diamalkan. Kita tidak lebih hanya akan menjadi buku yang berjalan, memiliki banyak pengetahuan tapi minus pengamalan.
Kondisi berbahaya ini akan sangat fatal bila terjadi ditengah-tengah umat, bayangkan saja bila umat mencukupkan diri untuk mempelajari Islam sebatas memenuhi ruang pengetahuannya, tanpa ada keinginan untuk memikirkan bagaimana caranya agar Islam bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun bernegara.
Subhanallah ya, ketika Hizb melakukan tatsqif murakazah maupun tatsqif jama'iy, indikatornya jelas dan terukur. Yaitu sejauh mana mabda' atau ideologi Islam itu berpengaruh pada individu maupun umat. Keberpengaruhan itu bisa dilihat dari sampai sejauh mana dia sebagai seorang muslim mengemban Islam di tengah-tengah masyarakat. Atau kata lainnya, sejauh mana dakwah itu diemban di tengah umat untuk membentuk kesadaran umum tentang Islam.
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar