SINOPSIS BUKU
Semua bangsa tentu mendambakan lahirnya generasi berkualitas demi
kejayaan peradaban mereka. Mereka tentu mengupayakan lahirnya generasi
berkualitas, generasi yang tidak hanya memiliki keahlian, melainkan
juga memiliki kepribadian istimewa yang ditunjukkan oleh integritas
pada nilai-nilai kebenaran. Kepribadian yang merupakan perwujudan pola
pikir dan pola sikap yang benar dan luhur. Generasi berkualitas
akan membawa negaranya menjadi negara besar, kuat, dan terdepan. Generasi
yang tidak akan menggadaikan negerinya diperas dan dijajah oleh penjajah
asing demi untuk memperkaya diri, keluarga, atau kelompoknya. Sebaliknya,
akan berani dan rela berkorban untuk melindungi negerinya dari cengkraman
penjajahan dalam bentuk apapun.
Buku yang ada di tangan pembaca saat ini ditulis di tengah keprihatinan
terhadap kondisi generasi muda di Indonesia, negeri dengan penduduk
mayoritas muslim. Namun ajaran Islam yang luhur tidak terlihat membentuk
peradaban bangsa ini. Yang lebih memprihatinkan, generasi mudanya
pun ternyata mempertahankan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai
luhur ajaran Islam.
Lihatlah fakta lahirnya generasi koruptor baru dari kalangan
muda di tengah mengguritanya kekuatan koruptor di semua sendi kehidupan
di Indonesia. Lihat juga fakta maraknya tawuran pelajar dan demonstrasi
mahasiswa yang didominasi oleh tindak kekerasan, yang sejalan dengan
fakta resahnya masyarakat akan semakin kuatnya jaringan preman dan kejahatan
bersenjata. Belum lagi fakta lain yang menunjukkan rendahnya ahlak
generasi sepertihubungan seksluar nikah, aborsi, pembunuhan karena hal
sepele, dan masih banyak fakta lain yang bisa disebut di sini. Lalu
bagaimana langkah yang harus dijalani untuk membebaskan generasi dari
belenggu peradaban rendah saat ini?
Banyak pihak mengandalkan sektor pendidikan untuk menyelesaikan masalah
generasi ini dengan alasan pendidikanlah yang mampu melahirkan generasi
yang lebih baik, atau karena pendidikan adalah pilar peradaban.
Pendapat seperti ini tidak sepenuhnya keliru, namun memiliki beberapa
kelemahan seperti uraian di bawah ini:
- Kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah sekolah besar bagi generasi
Pendidikan akan membangun dasar kepribadian dan mengkristalkan nilai-nilai
luhur peradaban dalam kepribadian generasi. Proses pendidikan
tersebut tidak hanya terjadi di dalam keluarga dan sekolah, tetapi juga
terjadi ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai
yang disampaikan kepada generasi melalui keluarga dan masyarakat
seharusnya disampaikan juga dan dikristalkan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Bukan malah sebaliknya, dihancurkan ketika generasi mulai
masuk dalam partai politik, pemerintahan, lembaga-lembaga perekonomian,
atau berbagai sektor lain, karena ternyata nilai atau pemikiran mendasar
yang membangun sektor-sektor kehidupan itu ternyata berasal dari peradaban
yang rendah.
Pembebasan generasi dari belenggu peradaban yang rendah seharusnya
tidak hanya dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan formal, informal,
maupun non formal saja. Tapi pada saat yang sama seharusnya juga
dilakukan melalui perbaikan nilai-nilai/pemikiran mendasar yang membangun
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena itu, pada
BAB PENDAHULUAN buku ini dipaparkan bagaimana
mewujudkan
KEBANGKITAN GENERASI, yakni
MENTRANSFORMASI GENERASI TERPURUK MENUJU GENERASI
CEMERLANG. Kemudian dilanjutkan pada
BAB I yang memaparkan bagaimana
BANGUNAN DASAR PEMIKIRAN GENERASI DALAM SISTEM
ISLAM akan dibentuk. Sebuah rambu-rambu berpikir dalam ajaran
Islam, yang melahirkan cara berpikir yang melahirkan peradaban Islam.
Berikutnya pada
BAB II lebih detil dijelaskan gambaran
KESELARASAN DAN KEUNGGULAN PILAR SISTEM POLITIK DAN EKONOMI ISLAM
DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BANGSA yang sangat dibutuhkan DALAM MELAHIRKAN GENERASI CEMERLANG. Kemudian dilakukan komparasi antara konsep sistem Islam dengan sistem
Sekuler-Kapitalisme yang tegak hari ini, dalam dua pilar utama sistemnya
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu
KOMPARASI ANTARA SISTEM POLITIK ISLAM DENGAN SISTEM
POLITIK DEMOKRASI pada
BAB III, dan
KOMPARASI ANTARA SISTEM EKONOMI ISLAM DENGAN SISTEM
EKONOMI KAPITALISME pada
BAB IV. Diharapkan para pembaca, dengan
melakukan komparasi tersebut, bisa dengan lebih mudah memahami keunggulan
pemikiran dan konsep pembangun peradaban Islam dibandingkan konsep sekuler-kapitalisme
yang tegak hari ini, dengan lebih obyektif karena merunutnya sejak dalam
tataran konsep. Dan semoga bisa menjadi inspirasi bagi semua pembaca
untuk melahirkan langkah perbaikan.
- Pendidikan tidak akan terlepas dari aturan perundang-undangan yang lahir dari sistem politik dan kualitasnya tidak akan pernah terlepas dari kemampuan pembiayaan pendidikan yang ditentukan oleh pengelolaan sistem ekonomi.
Konsep pendidikan yang sebaik apa pun tidak akan pernah bisa direalisasikan
apabila perundang-undangan yang ada tidak sejalan dengan konsep pendidikan
yang baik tersebut. Misalnya apabila perundang-undangan tentang
guru, kurikulum, sarana dan prasarana tidak sejalan dengan konsep pendidikan
terbaik, tentu saja pendidikan terbaik tidak akan teralisasi. Karenanya
pendidikan sangat membutuhkan dukungan sistem politik yang baik. Demikian
pula realisasi pendidikan berkualitas mutlak membutuhkan biaya. Karenanya
dibutuhkan pengelolaan ekonomi yang baik agar negara bisa membiayai
pendidikan yang berkualitas.
Melalui buku ini, setelah membaca BAB II, III dan IV, diharapkan pembaca
juga bisa mendapatkan gambaran kekuatan sistem politik dan ekonomi Islam,
dan keselarasan diantara dua pilar sistem tersebut dalam menopang dunia
pendidikan. Untuk memperjelas gambaran bagaimana interaksi antara sistem
pendidikan sebagai salah satu sub sistem yang dilahirkan dengan sub
sistem lainnya dalam melahirkan generasi cemerlang, maka pada BAB V, VI, dan VII digambarkan secara ringkas SISTEM PENDIDIKAN ISLAM, SISTEM PERADILAN ISLAM,
SISTEM PERGAULAN ISLAM, DAN PENGATURAN MEDIA MASSA DALAM ISLAM;
semua sektor yang memiliki kontribusi penting dalam proses pendidikan
dan lahirnya generasi cemerlang. Pemaparan yang dilakukan tidak dalam
tataran detil hingga teknis aplikatifnya, namun hanya gambaran global
untuk memberikan inspirasi sekaligus menjadi tantangan bagi para intelektual muslim negeri ini
untuk menerjemahkannya dalam sebuah konsep kebijakan sub sistem yang
siap diaplikasikan ketika perangkat supra sistemnya (sistem khilafah)
tegak.
Selanjutnya, karena buku ini ditujukan khususnya bagi para intelektual
muslimah, sebagai sebuah penawaran jalan baru bagi mereka untuk berkarya
dan melahirkan generasi cemerlang maka pada BAB IX dibahas BAGAIMANA PERAN INTELEKTUAL MUSLIMAH DALAM UPAYA
MEMBEBASKAN GENERASI dari belenggu keterpurukan yang sedang melanda
generasi muda muslim di seluruh dunia. Di akhir buku ini, sedikit diperkenalkan PROFIL MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
sebagai kelompok yang menyerukan jalan baru ini kepada seluruh masyarakat,
utamanya kaum muslimah dan para intelektual.
Sebagai sebuah buku yang lahir dari keprihatinan Muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia terhadap kondisi generasi penerus, melalui buku ini Muslimah
Hizbut Tahrir Indonesia berharap bisa memberikan sumbangsih bagi perbaikan
generasi muda muslim tidak hanya di Indonesia, namun juga dalam tataran
global dunia yang juga menghadapi problem generasi yang tidak jauh berbeda.
Karena Muslimah HTI melihat bahwa upaya perbaikan tersebut bukanlah
hal yang berkaitan dengan urusan teknis semata, namun bermula dari perbaikan
skala filosofis konseptual yang menyelesaikan akar masalah yaitu permasalahan
yang muncul hari ini dimulai dari kesalahan menempatkan siapa pihak
yang memiliki otoritas untuk membuat peraturan hingga menyebabkan terjadinya
kerusakan generasi yang sistemik, maka buku ini memang lebih banyak berisi hal-hal yang
sifatnya filosofis konseptual. Jika diperlukan hal-hal lain yang
sifatnya lebih teknis dan aplikasi, maka mudah-mudahan buku ini dapat
menginspirasi intelektual muslimah lain untuk memberikan karya terbaiknya
bagi pembebasan generasi menuju peradaban yang mulia.
Demikianlah, buku ini berupaya menggambarkan bahwa membangun peradaban
yang tinggi dan luhur, membutuhkan visi yang komprehensif, visi yang
ideologis. Visi yang kemudian harus mewarnai semua sektor kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, agar terwujud lingkungan kondusif bagi
lahirnya generasi berkualitas. Membangun peradaban yang tinggi
dan luhur tidak bisa sekedar mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi
terbaik disertai pendidikan moral atau iman takwa yang parsial kepada
generasi di keluarga dan di sekolah. Mudah-mudahan buku ini bisa memberi
inspirasi bagi para intelektual di semua bidang untuk berjuang bersama,
bahu-membahu melahirkan generasi cemerlang yang akan mewujudkan
negara yang besar, mandiri, kuat dan terdepan.
Mei 2012
Tim Intelektual Muslimah HTI