Disampaikan oleh Ustadzah Dokter Jefni
Materi ini saya dapat sewaktu ikut kajian mabid di Ramadhan hari ke-3. Kajian sore bakda ashar menjelang waktu berbuka puasa, yang diteruskan dg ifthar jama'iy, sholat maghrib, isya, tarawih, juga witir berjamaah. Eits, masih ada banyak lagi kegiatan ibadah dan kajian setelahnya lho.. Namanya juga mabid, malam bina iman dan ibadah, selain diisi ibadah berjamaah, juga diisi dengan kajian untuk memperkuat pemahaman Islam. Masyaallah, Ramadhan kariim.. semakin cinta dengan bulan suci Ramadhan.. ๐
Ada banyak sekali Ibrah yang bisa diambil dari mabid kemarin, tapi saya pilih yang ini dulu aja ya.. secara judulnya aja udah bikin penasaran dan bikin ketularan bahagia.. ahaha.. bisa aja ๐๐
Jadi, kita lanjut baca postingannya yuks.. tulisan ini sebagai target saya pribadi untuk memosting materi-materi dakwah harian selama bulan yang mulia ini, Ramadhan 1436H.. insyaallah.. :-)
โโโโโ
Bahagia, adalah suatu perasaan yang didapatkan seseorang atas upaya yang telah dilakukan untuk mencapai sesuatu. Bisa jadi dia mengupayakan berbagai cara dan usaha, mengorbankan waktu dan tenaga, pikiran, juga perasaan.. sehingga ketika sesuatu itu telah diraih, secara alami rasa bahagia itu pun hadir.. alhamdulillah ๐
Namun, ada hal yang pertama sekali harus kita luruskan, yaitu mengenai persepsi tentang bahagia dalam mengemban dakwah. Oke deh, topiknya langsung menuju ke sasaran yang spesifik ya, yaitu bagaimana agar selalu merasa bahagia ketika mengemban amanah dakwah.. :)
Mengapa kita harus meluruskan persepsi tentang bahagia ketika mengemban dakwah? Ini sangat penting untuk menunjang keberlangsungan kita dalam mengemban amanah. Bayangkan, bagaimana bahagianya saat dakwah yang dilakukan senantiasa dilalui dengan rasa senang dan gembira? Yang tergambar di benak saya, sepertinya dakwah yang dilakukan akan penuh dengan rasa ringan, riang, senyum, dan senang.. ๐๐
Arti kata dakwah dalam bahasa arab sendiri adalah menyeru, mengajak, membuat orang tertarik pada apa yg diserukan agar timbul kecenderungan kepada Islam. Islam yang dimaksud adalah adalah tidak hanya sekumpulan pemahaman tentang kehidupan, namun juga berikut hukum-syara syara' yang terkandung di dalamnya.
Dakwah tidak hanya tercakup dalam aktivitas lisan, namun perbuatan yang sesuai hukum Islam juga termasuk bagian yang tidak terpisahkan dari dakwah.
Ketika seseorang terikat pada hukum syara', dirinya itu adalah sebuah contoh hidup, atau representasi dari pelaksanaan hukum Islam. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah, beliau menjadi teladan dalam dakwah dan dalam pelaksanaan atau keterikatan pada hukum syara'.
Sebagai seorang muslim, kita harus melaksanakan dakwah dg landasan yg benar agar ketika melaksanakannya bukan karena tekanan, apalagi berpikir bahwa dakwah ini akan merugikan diri kita. Dakwah yang kita lakukan haruslah dalam rangka bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain itu, dakwah juga disetarakan dengan tabligh, atau amar na'ruf nahiy mungkar.
Dlm ayat Al Qur'an surat 42:15, hendaklah keadaan kalian itu berdakwah sebagaimana aku pun diperintahkan. Dalam ayat yang lain, Allah bertanya pada kita, Wa man ahsanu qaulan min man da'a ilallah? Yang artinya, siapakah yang lebih baik perkataannya dibanding orang yang menyeru (dakwah) kepada Allah?
Masyaallah... T.T
Setelah kita memahami bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban yang utama, kita akan temui dalam banyak sambungan ayat yang mengandung perintah dakwah, Allah sering membalas aktivitas dakwah yang kita emban ini dengan balasan kebaikan, juga kedudukan yang tinggi di dunia, bahkan mendapatkan kemuliaan tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Aktivitas dakwah ini merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Banyak sekali kisah para nabi dan rasul yang menyeru kaumnya dengan dakwah. Sehingga ketika kita melakukan aktivitas dakwah, sesungguhnya kita melakukan napak tilas terhadap apa yg dilakukan oleh nabi dan rasul.
Aktivitas yg penting dalam kerasulan adalah mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah. Terhadap aktivitas dakwah ini, semulia-mulianya suatu aktivitas adalah aktivitas yang mencontoh rasulullah.
Rasulullah dalam berdakwah senantiasa berupaya mewujudkan diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan, bahkan beliau telah berhasil mewujudkan generasi pertama dari umat Islam. Bila aktivitas ini tidak dilakukan oleh Rasul dan generasinya, tentu saat sekarang ini milyaran orang tidak akan tersentuh dengan manisnya iman dan islam.
Tidak berlebihan bila kita menggambarkan Islam dan para pengemban dakwahnya seperti air dan orang-orang yang akan mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan orang banyak. Islam layaknya air, dan pengemban dakwah layaknya orang yang mengalirkan air tersebut. Telah jelas terbukti, Islam tidak akan pernah sampai pada kita dan pada generasi setelah kita, tanpa adanya orang-orang yang mengemban aktivitas dakwah.
Subhanallah, Masyaallah, Allahu Akbar..
Di banyak ayat dalam Al Qur'an, kata dakwah disamakan dengan kata amar ma'ruf nahi mungkar. Manusia sangat membutuhkan aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar, sebagaimana kebutuhannya pada rasa aman, tenteram, dll. Allah juga telah mengingatkan, apabila kemaksiatan telah merajalela dan tidak ada orang-orang yang mencegah kemungkaran itu, maka kerusakan dan azab akan menimpa semua orang, tidak hanya menimpa mereka yang bermaksiat tapi juga menimpa seluruh umat, termasuk orang-orang beriman di dalamnya.
Dakwah juga diibaratkan seperti sebuah kapal yang sedang berlayar, yang di kapal itu memiliki 2 lantai. Bila orang-orang yang di lantai bawah membutuhkan air, ia tidak boleh melubangi kapal. Adapun orang yg berada di lantai atas juga tidak boleh cuek. Harus ada upaya pengawasan untuk mencegah orang-orang di lantai bawah melubangi kapal demi seteguk air penghilang dahaga. Karena bila hal itu sampai terjadi, maka akan tenggelamlah seluruh isi kapal.
Allahu Akbar..
Disamping itu, seorang muslim itu diberikan beban oleh Allah untuk memiliki tanggung jawab. Minimal, bertanggung jawab atas dirinya sendiri, menyelamatkan amal-amalnya agar bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
Selain itu, sebagai manusia dia juga tidak bisa hidup sendiri dengan mengedepankan sikap egoisnya. Maka sikap seorang muslim yg mendahulukan saudaranya, diberi balasan yang tinggi di sisi Allah. Sebagaimana di dalam hadis telah dinyatakan, "Barang siapa yang bangun di pagi harinya tidak memikirkan urusan saudaranya, maka ia bukan bagian dari golongan ku (Rasulullah)".
Setiap diri kita adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yg dipimpinnya (al hadis).
Tanggung jawab ini jg melekat erat dalam aktivitas dakwah. Setiap diri kita wajib untuk mengemban kewajiban berdakwah dan umat juga wajib menerima atau minimal mendengar dakwah yg kita sampaikan.
Dakwah itu akan dimintai pertanggungjawaban atas individu, kelompok (jamaah), dan negara.
Dalil atas individu atas wajib nya dakwah, manro a mingkum mungkaron fal yughoyir bi yadih, fa bi lisani, fa bi qalbihi, dzalika adh'aful iman (hadis).
Dakwah yg dilakukan oleh kelompok, karena ada dakwah yg tidak bisa dilakukan oleh individu. Baliknya surat Ali imran :104.
Juga aktivitas dakwah oleh negara. Rasul sbg kepala negara melakukan aktivitas dakwah semisal jihad dalam rangka menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Setiap apapun yg dilakukan seorang muslim adalah karena keyakinan/keimanan. Keimanan itu akan terkait erat dlm pelaksanaan hukum Islam, termasuk juga mengemban dakwah.
Ayat2 yang menggerakkan hati kita dalam mengemban dakwah dapat menguatkan kita dlm mengembannya, termasuk dalam menghadapi segala rintangan. Maka sebagai seorang pengemban dakwah, kira mesti mentadaburi Al Qur'an, krn aktivitas ini adalah suatu aktivitas pensuasanaan agar semakin menguatkan kita dalam mengemban dakwah.
Termasuk dalam menghadapi penguasa yang menerapkan hukum thagut. Maka seorang pengemban dakwah harus mengingkari hukum thagut ini dan di saat bersamaan ia semakin meyakini hukum-hukum Islam. Agar semakin yakin dalam mengemban dakwah.
Diantara sifat-sifay yg harus dimiliki seorang pengemban dakwah, yaitu
1. Keteguhan, konsisten. Aktivitas ini harus dibarengi dengan ilmu, sehingga dia dapat teguh dg mafhum yang di dapatnya dari menuntut ilmu.
2. Kesabaran. Para nabi dan rasul, ketika mereka menyampaikan dakwah, banyak mendapati pendustaan dari kaumnya. Ini adalah hal yang alami dalam mengemban dakwah, maka kita harus bersabar sebagaimana para nabi dan rasul menghadapi segala bentuk penerimaan atau penolakan saat menyampaikan dakwah.
3. Ikhlas, melakukan dakwah semata-mata karena Allah. Bukan bertujuan untuk mendapat kedudukan, harta, dll. Alaminya manusia ketika dia berdakwah menghadapi orang lain, dia akan tertarik dengan bujuk rayu yang menggoyahkan keikhlasannya. Disini ujian keikhlasan seorang pengemban dakwah untuk senantiasa berdakwah mengharap ridho Allah saja, bukan penghargaan dari manusia.
4. Tidak termakan hawa nafsu sehingga tidak tergelincir dari jalan dakwah. Adapun secara manusiawi manusia bisa melakukan kesalahan, namun seorang pengemban dakwah akan segera beristighfar dan kembali ke jalan yang benar.
5. Yakin seyakinnya dengan jalan dakwah yang ditempuh.
~Alhamdulillah.. โกโก๐