Kamis, 23 Januari 2014

Nilometer dan Drainase

Jakarta banjir, sejak jaman VOC Jakarta sudah sering mengalami banjir. Namun banjir yang datang saat ini sepertinya tidak lagi dalam siklus 50 atau 20 tahun sekali. Siklusnya semakin pendek, bahkan banjir parah yang melanda Ibu Kota kita rasakan rutin dalam dua tahun terakir (2013 dan 2014).

Ketika masa pemerintahan Khilafah Abbasiyah, wilayah kaum muslimin terbentang dari timur sampai ke barat, sangat-sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Afrika, Asia, dan sebagian Eropa; seperti Syiria, Damaskus, Mesir, Palestina, Jazirah Arab, Baghdad, Irak, Iran, Spanyol, Afganistan, Pakistan, Uzbekistan, juga Kirgistan.

Lalu, apa yang dimaksud dengan Nilometer, Drainase, dan kaitannya dengan Khilafah Abbasiyah? Pada abad 9 M, al-Farghani seorang insinyur di masa pemerintahan Khilafah Abbasiyah telah membangun suatu alat yang disebut Nilometer, alat ini berfungsi untuk mengukur dan mencatat tinggi air sungai Nil secara otomatis di berbagai tempat.

Sungai Nil sendiri adalah sungai terpanjang di dunia yang melintasi beberapa negari kaum muslimin, yaitu Syiria, Ethiopia, Uganda, dan Mesir.

Setelah bertahun-tahun mengukur, al-Farghani berhasil memberikan prediksi banjir sungai Nil baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, dengan kata lain alat ini berfungsi sebagai peringatan dini akan banjir.

Fakta sejarah lainnya, tahukah anda siapa yang pertama kali mengenalkan bagaimana cara mengatur Drainase? bukan Belanda, Italia, apalagi Amerika.

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

Jadi, bila ditanyakan kembali, siapakah yang pertama kali mengenalkan sistem Nilometer dan Drainase? Ya, dialah DAULAH KHILAFAH ABBASIYAH yang saat itu berpusat di IRAQ. Tidak hanya Nilometer dan Drainase, Khilafah juga menemukan teknologi Irigasi yang mampu mengairi lahan-lahan tandus di wilayah-wilayah kekuasaannya, menjadi lahan subur yang mampu memenuhi kebutuhan pangan kaum muslimin melalui sektor pertanian.

Ternyata, KHILAFAHlah yang pertama kali mengenalkan bagaimana cara mengatur saluran air dan tata kota sehingga bencana banjir bisa dihindari. Lebih dari itu, Khilafah membuktikan bahwa manusia dapat bersahabat dangan air (alam), memanfaatkannya sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.

Saat ini beberapa negara Eropa seperti BELANDA dan ITALIA meniru dan mengaplikasikan sistem yang mereka ambil dari IRAQ. Seharusnya kita sebagai umat Islam juga mengambil dan menerapkan sistem kenegaraan Abbasiyah, yaitu Khilafah Islamiyah, tidak hanya sistem drainasenya saja :-).

Subhanallah solusinya sudah ada tidak perlu diperdabatkan lagi sehingga untuk mengatasi banjir di Ibu kota, kita tidak harus menunggu GUBERNUR JAKARTA yang tepat untuk mengatasi ini semua, solusinya hanya 1 yaitu terapkan KHILAFAH.

Sumber:
FB Riki Chan, FB Nindhira, Wikipedia.

Tidak ada komentar: